Oleh : Drs. H. Erawan Aidid, M.Pd.
a. Pengertian IBT
Inquiry adalah kata yang memiliki banyak makna bagi banyak orang dalam berbagai
konteks yang berbeda. Dalam bidang sains, inquiry berarti seni atau ilmu
bertanya tentang alam dan menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Inquiry
dilakukan melalui langkah-langkah seperti observasi dan pengukuran, hipotesis,
interpretasi, dan penyusunan teori. Inquiry memerlukan eksperimentasi,
refleksi, dan pengenalan terhadap kekuatan dan kelemahan metode yang digunakan
(Hebrank, 2000). Pendapat senada dikemukakan oleh Budnitz (2003), yang
mengatakan bahwa inquiry berarti mengajukan pertanyaan yang dapat
dijawab melalui justifikasi dan verifikasi.
Dalam bidang pembelajaraan, dikenal
pendekatan pemelajaran yang disebut Inquiry-Based Learning (IBL) dan
pendekatan pengajaran yang disebut Inquiry-Based Teaching (IBT). IBL
adalah cara memperoleh pengetahuan melalui proses inquiry (Hebrank,
2000). Sementara itu, IBT adalah sebuah pendekatan pengajaran yang memandatkan
guru untuk menciptakan situasi yang memposisikan pemelajar sebagai ilmuwan.
Pemelajar mengambil inisiatif untuk mempertanyakan suatu fenomena, mengajukan
hipotesis, melakukan observasi di lapangan, menganalisis data, dan menarik
simpulan, serta menjelaskan temuannya itu kepada orang lain. Jawaban yang
diharapkan atas pertanyaan tersebut tidak bersifat tunggal tetapi jamak. Yang
penting adalah bahwa dalam mencari jawaban, pemelajar bekerja dengan
menggunakan standar tertentu yang jelas sehingga hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, dimungkinkan pemelajar mengintegrasikan
dan mensinergikan berbagai disiplin ilmu dan/atau metode yang berbeda (Budnitz,
2003).
b. Manfaat IBT
IBT bermanfaat bagi pemelajar karena
beberapa alasan sebagai berikut: (1) materi pelajaran yang dipelajari terkait
dengan pengalaman sehari-hari pemelajar, yang kadangkala menimbulkan
keingintahuan mereka; (2) IBT dapat membuat pemelajar aktif karena IBT
meminimalisir metode ceramah; (3) IBT dapat mengakomodasi perbedaan
perkembangan pemelajar; (4) metode penilaian pada IBT memungkinkan pemelajar
memperlihatkan kompetensi dengan berbagai cara; (5) IBT dapat mensinergikan
berbagai mata pelajaran dan metode mengajar/belajar yang berbeda; (6) IBT dapat
mengembangkan kompetensi komunikasi pemelajar karena mereka harus menyampaikan
temuannya dengan cara yang mudah dipahami; (7) IBT dapat mengembangkan berpikir
kritis pemelajar; dan (8) akhirnya, IBT dapat membuat pemelajar lebih mandiri
(Hebrank, 2000).
Bagi guru, IBT dapat menciptakan
kesempatan untuk mempelajari bagaimana pikiran pemelajar bekerja. Pemahaman
tersebut dapat digunakan untuk menciptakan situasi belajar dan memfasilitasi
mereka dalam memperoleh pengetahuan. Ketika menerapkan IBT guru dapat
mengetahui : (1) kapan memberikan dorongan, (2) petunjuk apa yang dapat
diberikan kepada setiap pemelajar, (3) apa yang tidak perlu diberikan kepada
pemelajar, (4) bagaimana membaca perilaku pemelajar ketika mereka sedang
bekerja, (5) bagaimana membantu pemelajar berkolaborasi dalam memecahkan
masalah secara bersama-sama, (6) kapa pengamatan, hipotesis, atau eksperimen
bermakna bagi pemelajar, (7) bagaimana mentolelir ambiguitas, (8) bagaimana
memanfaatkan kesalahan (mistakes) secara konstruktif, dan (9) bagaimana
membimbing pemelajar secara tepat (Budnitz, 2003).
Pembelajaran dengan pendekatan IBT juga dapat
memberikan intake lebih baik. Magnesen (dalam Deporter, Reardon, dan
Singer-Nourie, 2000) memberikan klasifikasi prosentase retensi pengetahuan
berdasarkan metode belajar yang digunakan: 10% dari dari yang dibaca, 20% dari
yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70%
dari yang dikataakan, dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan. Menurut hemat
saya, IBT sangat erat kaitannya dengan yang terakhir karena pemelajar harus
melakukan inquiry dan menyampaikannya kepada orang lain, baik guru maupun
koleganya.
c. Tahap-Tahap dalam IBT
Barman dan Kotar (1989) memberikan
tahap-tahap inquiry dalam IBT sebagai berikut: eksplorasi, pengenalan
konsep, dan aplikasi konsep. Pada tahap eksplorasi, pemelajar bebas menemukan
dan memanipulasi materi pelajaran. Pengajaran tentang konsep belum diberikan;
oleh karena itu, pemelajar bebas bereksplorasi dan mengajukan pertanyaan
dan/atau gagasan. Pemelajar, baik secara individu maupun dalam kelompok,
melakukan observasi dan mencatat data. Guru berperan sebagai fasilitator –
mengamati, mengajukan pertanyaan, dan memberikan saran. Tahap ini disebut tahap
penemuan terbimbing (oleh guru).
Pada tahap pengenalan konsep, pemelajar,
di bawah bimbingan guru, mengorganisasikan data yang telah dikumpulkan dan
mencari pola yang muncul. Selanjutnya, mereka saling menyampaikan dan
membandingkan temuannya dengan teman atau kelompok lain. Pada tahap ini guru
dapat memberikan tambahan informasi yang berupa referensi atau sumber-sumber
lain yang relevan. Selanjutnya pemelajar dapat melanjutkan pencariannya atau
melakukan penguatan atas temuannya itu dengan cara membaca referensi tersebut
dan mengkomunikasikannya kepada guru atau teman lain.
Pada tahap aplikasi konsep, pemelajar
diberi permasalahan yang harus mereka pecahkan dengan menggunakan informasi
yang diperoleh melalui penemuan di lapangan dan membaca referensi. Pada tahap
ini biasanya guru memberi aktifitas tambahan yang dapat memberi penguatan hasil
belajar sebelumnya.
d. Tipe-Tipe IBT
Ada tiga tipe kegiatan pembelajaran yang
dapat dijalankan dengan IBT: kegiatan rasional, kegiatan eksperimental, dan
kegiatan penemuan (discovery). Pada kegiatan rasional, generalisasi
dibuat melalui pemberian pertanyaan dan penguatan oleh guru. Langkahnya adalah:
(1) Guru mengajukan pertanyaan atau memberikan permasalahan; (2) Guru
memberikan referensi; dan (3) Pemelajar, melalui pertanyaan, diarahkan ke
jawaban yang benar.
Pada kegiatan eksperimental, pemelajar
menguji validitas suatu hipotesis. Langkahnya adalah: (1) Guru mengajukan
persoalan; (2) Pemelajar mengajukan sejumlah variabel dan cara-cara untuk
menguji efek setiap variabel; (3) Pemelajar dan guru merencanakan eksperimen;
dan (4) Pemelajar melakukan eksperimen: mengumpulkan data, menganalisis data,
dan menarik simpulan.
Pada kegiatan penemuan (discovery),
pemelajar mengeksplorasi konsep secara langsung. Kegiatan ini meliputi tiga
tahap: tahap belajar, inquiry terbimbing, dan inquiry mandiri.
Pada tahap belajar, generalisasi dibuat melalui eksplorasi. Langkahnya adalah:
(1) Guru memberikan materi untuk eksplorasi, (2) Pemelajar menggunakan materi
di bawah bimbingan guru; dan (3) Guru membantu menyimpulkan atas konsensus
kelompok. Pada tahab inquiry terbimbing, pemelajar dibimbing melakukan
eksplorasi. Langkahnya adalah: (1) Guru memberikan persoalah dan memberikan
referensi; (2) Pemelajar diberi kebebasan untuk bereksplorasi; (3) Pemelajar
menguji hipotesis dan membuat simpulan sementara; dan (4) Guru membantu membuat
simpulan berdasarkan konsensus kelompok. Pada tahap inquiry mandiri, pemelajar
diberi kebebasan total untuk bereksplorasi. Langkahnya adalah: (1) Guru
memberikan materi eksplorasi; (2) Guru memberi petunjuk hanya dalam kaitannya
dengan kesalamatan dan peralatan kerja; dan (3) Pemelajar melakukan eksplorasi
berdasarkan kemampuan mereka sendiri.
Pustaka
- Budnitz, Norman. (2003). “What do We Mean by Inquiry?” www.biology.
duke.edu/cibl/inquiry/what_is_inquiry.htm>
- Hebrank, Mary. (2000). “Why Inquiry-Based Teaching and Learning in the
Middle School Science Classroom?” www.biology.duke.edu/cibl/inquiry/
why_is_inquiry.htm>