Konfigurasi

SELAMAT DATANG DI ERAWAN AIDID BLOGSPOT HP 085645119900

Rabu, 19 September 2012

Perubahan Makna


PERUBAHAN MAKNA

Oleh : Drs. H. Erawan Aidid, M.Pd.



1.      Pengertian
Dalam perkembangan penggunaannya, kata sering mengalami perubahan makna. Perubahan tersebut terjadi karena pergeseran konotasi, rentang masa penggunaan, jarak, dan lain-lain. Namun yang jelas, perubahan-perubahan tersebut ada bermacam-macam yaitu: menyempit, meluas, amelioratif, peyoratif, dan asosiasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan penjelasan dibawah ini :
2.      PENYEBAB PERUBAHAN MAKNA
Makna yang diacu sebuah kata tidak selalu tetap. Akibat perkembangan masyarakat pemakai bahasa yang demikian pesat, makna yang diberikan seseorang atau masyarakat terhadap suatu kata dapat berubah.

Macam-macam Perubahan Makna
a. Menyempit / Spesialisasi
Cakupan makna sekarang lebih sempit daripada cakupan makna dahulu.
Contoh:
kata sastra dahulu berarti sebuah karangan atau tulisan, sedangkan sekarang berarti
karya seni bahasa.
Di Museum Nasional Jakarta tersimpan naskah sastra kuno yang masih ditulis di atas daun lontar. (makna dahulu)
Sastra adalah pelajaran di sekolah yang paling aku sukai.(makna sekarang)
Kata pembantu. Arti dahulu: orang yang membantu pekerjaan orang lain secara suka rela, sedangkan kini mengacu pada arti yang lebih sempit: pembantu rumah tangga.
Contoh:
Saya siap jadi pembantumu, bila nanti kau terpilih jadi ketua. (makna dahulu)
Pembantumu pulang kampung, ya Rin? Buat minum sendiri. (makna sekarang)
CONTOH LAIN
Pendeta
Madrasah
Sarjana
Bau
Kata yang tergolog kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada awal pengguna-annya bisa dipakai untuk berbagai hal umum, tetapi penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu keadaan saja.
Contoh :
Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalma arti luas atau umum, sedangkan sekarang hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni. Begitu pula kata sarjana (dulu orang yang pandai, berilmu tinggi, sekarang bermakna “lulusan perguruan tinggi”).

b. Meluas/ Generalisasi
Adalah: cakupan makna kata sekarang lebih luas daripada makna terdahulu.
Penggunaan kata ini berkebalikan dengan pengertian menyempit.
Contoh:
1. Apakah Saudara tinggal di sini?
2. Bapak kepala sekolah sedang berada di kantor.
3. Ibu guru tidak masuk hari ini.
Contoh :
Petani dulu dipai untuk seseorang yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari mengerjakan sawah, tetapi sekarang kata tersebut dipakai untuk keadaan yang lebih luas. Penggunaan pengertian petani ikan, petani tambak, petani lele merupakan bukti bahwa kata petani meluas penggunaannya.


c. Amelioratif
perubahan makna akibat tanggapan pemakai bahasa menjurus ke arti yang baik.
Disebut juga konotasi positif.
Pada awalnya, kata ini memiliki makna kurang baik, kurang positif, tidak menguntungkan, akan tetapi, pada akhirnya mengandung pengertian makna yang baik, positif, dan menguntungkan
Contoh:
1. Gadis itu berbadan langsing.
2. Wanita bergaun hitam itu penampilannya memukau.
3. Suami isteri itu baru datang dari luar kota.
4. Ia membeli makanannya di kantin.
5. Rombongan pejabat itu disambut dengan meriah.
6. Para pengacau itu sudah diamankan.
7. Permisi, saya mau ke belakang.
8. Dalam perjanjian itu harus ada hitam di atas putih.
Contoh :
Wanita, pramunikmat, dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk lebih menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam kata-kata tersebut.
d. Peyoratif
Makna kata sekarang mengalami penurunan nilai rasa kata daripada makna kata pada awal pemakaiannya.
Adalah: perubahan makna akibat tanggapan pemakai bahasa menjurus ke arti yang tidak baik ( buruk ). Disebut juga konotasi negatif.
Contoh:
1. Gadis itu berbadan ceking.
2. Perempuan berbaju hitam itu penampilannya menarik.
3. Ibu sedang bunting delapan bulan.
4. Laki bini itu baru datang dari luar kota.
5. Ia membeli makanan di warung.
6. Gerombolan pengacau itu sudah ditahan.
7. Permisi, saya mau buang air kecil.
8. Dalam perjanjian itu harus ada bukti tertulis.
Contoh :
Kawin, gerombolan, oknum, dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.

e. Asosiasi
Yang tegolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan makna-makna yang muncul karena persamaan sifat. Sering kita mendengar kalimat “hati-hati dengan tukang catut itu.”
Adalah: perubahan makna sebagai akibat adanya persamaan sifat.
Contoh:
1. Mengapa di stasiun kereta api itu masih banyak tukang catut berkeliaran?
Catut adalah sejenis tang, alat pencabut paku, tetapi dalam kalimat di atas sama artinya dengan ‘calo’.
2. Dalam pemilihan umum itu, partai Likut berhasil memperoleh 175 kursi dari 200 kursi yang diperebutkan.
Kursi adalah tempat untuk duduk, tetapi dalam kalimat di atas kursi sama artinya dengan ‘suara’.
3. Pejabat korup itu memberi amplop demi meloloskan diri dari jerat hukum.
Tukang catut dalam kalimat diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif. Begitu pula dengan kata kacamata dalam : menurut kacamata saya, perbuatan anda tidak benar.

f. Sinestesia
Perubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera, misalnya dari indera pengecap ke indera penglihatan.
Adalah: pergeseran makna yang disebabkan oleh penggunaan istilah yang sebenarnya dipakai untuk mengungkapkan konsep suatu penginderaan, tetapi diterapkan pada penginderaan yang lain (terjadi kontaminasi atau kerancuan)
1. Kata-katanya pedas.
Manis adalah hasil penginderaan rasa, tetapi digunakan untuk mengungkapkan konsep penginderaan pendengaran.
2. Senyumnya manis.
3. Baunya tajam
Tajam adalah hasil penginderaan peraba, tetapi digunakan untuk mengungkapkan konsep penginderaan penciuman.
Contoh:
Gadis itu berwajah manis. Kata manis mengandung makna enak, biasanya dirasakan oleh alat pengecap, berubah menjadi bagus, dirasakan oleh indera penglihatan. Demikian juga kata panas, kasar, sejuk, dan sebagainya.

Gejala bahasa atau peristiwa unsur bahasa itu di antaranya ialah:

(1) Adaptasi = penyesuaian bentuk berdasarkan kaidah fonologis, kaidah ortografis,
 atau
                        kaidah morfologis
      Contoh :
·         vyaya menjadi biaya
·         pajeg menjadi pajak
·         voorloper menjadi pelopor
·         fardhu menjadi perlu
·         igreja menjadi gereja
·         voorschot menjadi persekot
·         coup d'etat menjadi kudeta
·         postcard menjadi kartu pos
·         certificate of deposit menjadi sertifikat deposito
·         mass producIion menjadi produkmassa
(2) Analogi = pembentukan kata berdasarkan contoh yang telah ada.
     Contoh :
·         Berdasarkan kata 'dewa-dewi' dibentuk kata :
          putra-putri, siswa-siswi, saudara-saudari, pramugara-pramugari
·         Berdasarkan kata 'industrialisasi' dibentuk kata :
          hutanisasi, Indonesianisasi
·         Berdasarkan kata 'pramugari' dibentuk kata :
          pramuniaga, pramuwisata, pramuria, pramusaji,pramusiwi
·         Berdasarkan kata 'swadesi' dibentuk kata :
          swadaya, swasembada, swakarya, swasta, swalayan
·         Berdasarkan kata 'tuna netra' dibentuk kata :
          tuna wicara, tuna rungu, tuna aksara, tuna wisma, tuna karya, tuna susila,
          tuna busana.
(3) Anaptiksis (Suara Bakti) = penyisipan vokal e pepet untuk melancarkan ucapan
                        Disebut juga suara bakti.
     Contoh:
·         sloka menjadi seloka
·         srigala menjadi serigala
·         negri menjadi negeri
·         ksatria menjadi kesatria
(4) Asimilasi = proses perubahan bentuk kata karena dua fonem berbeda disamakan
                        atau dijadikan hampir sama.
     Contoh:
·         in-moral menjadi immoral
·         in-perfect menjadi imperfek
·         al-salam menjadi asalam
·         ad-similatio menjadi asimilasi
·         in-relevan menjadi irelevan
·         ad-similatio menjadi asimilasi
(5) Disimilasi = kebalikan dari asimilasi, yaitu perubahan bentuk katam yang terjadi
                          karena dua fonem yang sama dijadikan berbeda.
     Contoh :
·         saj jana menjadi sarjana
·         sayur-sayur menjadi sayur-mayur
(6) Diftongisasi = perubahan bentuk kata yang terjadi karena monoftong diubah
                             menjadi diftong.Jadi kebalikan monoftongisasi.
     Contoh :
·         sentosa menjadi sentausa
·         cuke menjadi cukai
·         pande menjadi pandai
·         gawe menjadi gawai
(7) Monoftongisasi = perubahan benluk kata yang terjadi karena perubahan diftong
                                  (vokal rangkap) menjadi monoftong (vokal tunggal)
     Contoh :
·         autonomi menjadi otonomi
·         autobtografi menjadi otobiografi
·         satai menjadi sate
·         gulai rnenjadi gule
(8) Sandi (Persandian) = perubahan bentuk kata yang terjadi karena peleburan dua
          buah vokal yang berdampingan, dengan akibat jutmlah suku kata berkurang satu.
     Contoh :
­·  keratuan menjadi keraton
·  kedatuan menjadi kedaton
·  sajian menjadi sajen
·  durian menjadi duren

Perhatikan jumlah suku kata!
ke - ra - tu - an ~> ke - ra - ton
1     2     3     4        1    2      3
du - ri- an ~> du - ren
 1     2   3        1     2

(9) Hiperkorek = pembetulan bentuk kata yang sebenarnya sudah betul, sehingga
                           hasilnya justru salah.
     Contoh :
  • Sabtu menjadi Saptu
  • jadwal menjadi jadual
  • manajemen menjadi menejemen
  • asas menjadi azas
  • surga menjadi sorga
  • Teladan menjadi tauladan
  • izin menjadi ijin
  • Jumat menjadi Jum'at
  • kualifikasi menjadi kwalifikasi
  • frekuensi menjadi frekwensi
  • kuantitas menjadi kwantitas
  • November menjadi Nopember
  • kuitansi menjadi kwitansi
  • mengubah menjadi merubah
  • februari menjadi Pebruari
  • persen menjadi prosen
  • pelaris menjadi penglaris
  • system menjadi sistim
  • teknik menjadi tehnik
  • apotek menjadi apotik
  • telepon menjadi telfon
  • ijazah menjadi ijasah
  • atlet menjadi atlit
  • nasihat menjadi nasehat
  • biaya menjadi beaya
  • perusak menjadi pengrusak
  • zaman menjadi jaman
  • koordinasi menjadi kordinasi
 (10) Kontaminasi = disebut juga kerancuan, yaitu kekacauan dimana dua pengertian
       yang berbeda, atau perpaduan dua buah struktur yang seharusnya tidak dipadukan.
     Contoh :
·         berulang-ulang dan berkali-kali menjadi berulang-kali
·         saudara-saudara dan saudara sekalian menjadi saudara-saudara sekalian
·         musnah dan punah menjadi musnah
(11) Metatesis = pergeseran kedudukan fonem, atau perubahan bentuk kata karena
                           dua fonem alau lebih dalam suatu kata bergeser tempatnya.
     Contoh :
·         rontal menjadi lontar
·         anteng menjadi tenang
·         usap menjadi sapu
·         palsu menjadi sulap
·         keluk menjadi lekuk
(12) Protesis = perubahan fonem di depan bentuk kata asal.
     Contoh :
·         lang menjadi elang
·         mak menjadi emak
·         mas menjadi emas
·         undur menjadi mundur
·         stri menjadi istri
·         arta menjadi harta
·         alangan menjadi halangan
·         sa menjadi esa
·         atus menjadi ratus
·         eram menjadi peram
(13) Epentesis = perubahan bentuk kata yang terjadi karma penyisipan fonem ke
                           dalam kata asal
     Contoh :
·         baya menjadi bahaya
·         bhayamkara menjadi bhayangkara
·         gopala menjadi gembala
·         jur menjadi jemur
·         bahasa menjadi bahasa.
(14) Paragog = perubahan bentuk kata karena penambahan fonem di bagian akhir kata
                         asal.
     Contoh :
·         mama, bapa menjadi mamak dan bapak
·         pen menjadi pena
·         datu menjadi datuk
·         hulu bala menjadi hulubalang
·         boek menjadi buku
·         abad menjadi abadi
·         pati menjadi patih
·         bank menjadi bangku
·         gaja menjadi gajah
·         conto menjadi contoh.
(15) Aferesis = penghilangan fonem di awal bentuk asal.
     Contoh :
·         adhyaksa menjadi jaksa
·         empunya menjadi punya
·         sampuh menjadi ampuh
·         wujud menjadi ujud
·         bapak menjadi pak
·         ibu menjadi bu.
(16) Sinkop = penghilangan fonem di tengah atau di dalam kata asal.
     Contoh :
·         laghu menjadi lagu
·         vidyadhari menjadi bidadari
·         pelihara menjadi piara
·         mangkin menjadi makin
·         niyata menjadi nyata
·         utpatti menjadi upeti.
(17) Apokop = penghilangan fonem di akhir bentuk kata asal.
     Contoh :
·         sikut menjadi siku
·         riang menjadi ria
·         balik menjadi bali
·         anugraha menjadi anugerah
·         pelangit menjadi pelangi.
(18) Kontraksi = gejala pemendekan atau penyingkatan suatu frase menjadi kata baru.
     Contoh :
·         tidak ada menjadi tiada
·         kamu sekalian menjadi kalian
·         kelam harian menjadi kemarin
·         bagai itu menjadi begitu
·         bagai ini menjadi begini.
    Akronim, seperti balita, siskamling, rudal, ampera, pada dasarnya termasuk
          gejala kontraksi.
(19) Nasalisasi = atau penyengauan, proses penambahan bunyi sengau atau fonem
                           nasal, yaim /m/, /n/, /ng/, den /ny/.
     Contoh :
·         me baca menjadi membaca
·         pe duduk menjadi penduduk
·         pe garis menjadi penggaris.
(20) Palatalisasi = penambahan fonem palatal /y/ pada suatu kata ketika kata ini
                              dilafalkan.
     Contoh :
           pada kata ia, dia. pria, panitia, ksatria, bersedia, yang masing-masing dilafalkan
           /iya/, /priya/, /diya/. /panitiya/, dan /bersediya/. jadi palatalisasi muncul di
           antara vokal /i/ dan /a/ yang digunakan berdampingan.
(21) Labialisasi = penambahan fonem labial /w/ di antara vokal /u/ dan /a/ yang
                             berdampingan pads sebuah kata.
     Contoh :
           pada kata uang, buang, ruang, juang, kualitas, dan lain-lain. Selain itu, labialisasi
           juga muncul di antara vokal /u/ dan/e/. atau /u/ dan /i/ seperti pada kata
          frekuensi dan kuitansi. Pada waktu kita lafalkan
          kata-kata itu, terasa sekali, bahwa di antara vokal-vokat tersebut  timbul fonem
          labial /w/, misalnya uang kita lafalkan /uwang/,
(22) Onomatope = proses pembentukan kata berdasarkan tiruan bunyi-bunyi.
      Contoh :
·         hura-hura dari hore-hore.
·         aum (suara harimau)
·         meong (suara kucing)
·         embik (suara kambing)
·         desis (suara ular)
·         desah (suara napas)
·         ketuk (bunyi pintu atau meja dipukul dengan jari atau palu)
(23) Haplologi = proses perubahan bentuk kata yang berupa penghilangan satu suku
       kata di tengah-tengah kata.
     Contoh :
·         samanantara menjadi sementara
·         mahardhika menjadi merdeka
·         budhidaya menjadi budaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar