PERUBAHAN MAKNA
Oleh : Drs. H. Erawan Aidid, M.Pd.
1. Pengertian
Dalam perkembangan penggunaannya, kata sering mengalami perubahan makna. Perubahan tersebut terjadi karena pergeseran konotasi, rentang masa penggunaan, jarak, dan lain-lain. Namun yang jelas, perubahan-perubahan tersebut ada bermacam-macam yaitu: menyempit, meluas, amelioratif, peyoratif, dan asosiasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan penjelasan dibawah ini :
Dalam perkembangan penggunaannya, kata sering mengalami perubahan makna. Perubahan tersebut terjadi karena pergeseran konotasi, rentang masa penggunaan, jarak, dan lain-lain. Namun yang jelas, perubahan-perubahan tersebut ada bermacam-macam yaitu: menyempit, meluas, amelioratif, peyoratif, dan asosiasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan penjelasan dibawah ini :
2.
PENYEBAB PERUBAHAN MAKNA
Makna yang diacu sebuah kata tidak selalu tetap. Akibat perkembangan masyarakat pemakai bahasa yang demikian pesat, makna yang diberikan seseorang atau masyarakat terhadap suatu kata dapat berubah.
Makna yang diacu sebuah kata tidak selalu tetap. Akibat perkembangan masyarakat pemakai bahasa yang demikian pesat, makna yang diberikan seseorang atau masyarakat terhadap suatu kata dapat berubah.
Macam-macam
Perubahan Makna
a. Menyempit / Spesialisasi
a. Menyempit / Spesialisasi
Cakupan makna sekarang lebih sempit
daripada cakupan makna dahulu.
Contoh:
kata sastra dahulu berarti sebuah karangan atau tulisan, sedangkan sekarang berarti
Contoh:
kata sastra dahulu berarti sebuah karangan atau tulisan, sedangkan sekarang berarti
karya seni bahasa.
Di Museum Nasional Jakarta tersimpan naskah sastra kuno yang masih ditulis di atas daun lontar. (makna dahulu)
Sastra adalah pelajaran di sekolah yang paling aku sukai.(makna sekarang)
Kata pembantu. Arti dahulu: orang yang membantu pekerjaan orang lain secara suka rela, sedangkan kini mengacu pada arti yang lebih sempit: pembantu rumah tangga.
Contoh:
Saya siap jadi pembantumu, bila nanti kau terpilih jadi ketua. (makna dahulu)
Pembantumu pulang kampung, ya Rin? Buat minum sendiri. (makna sekarang)
CONTOH LAIN
Pendeta
Madrasah
Sarjana
Bau
Kata yang tergolog kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada awal pengguna-annya bisa dipakai untuk berbagai hal umum, tetapi penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu keadaan saja.
Contoh :
Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalma arti luas atau umum, sedangkan sekarang hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni. Begitu pula kata sarjana (dulu orang yang pandai, berilmu tinggi, sekarang bermakna “lulusan perguruan tinggi”).
Di Museum Nasional Jakarta tersimpan naskah sastra kuno yang masih ditulis di atas daun lontar. (makna dahulu)
Sastra adalah pelajaran di sekolah yang paling aku sukai.(makna sekarang)
Kata pembantu. Arti dahulu: orang yang membantu pekerjaan orang lain secara suka rela, sedangkan kini mengacu pada arti yang lebih sempit: pembantu rumah tangga.
Contoh:
Saya siap jadi pembantumu, bila nanti kau terpilih jadi ketua. (makna dahulu)
Pembantumu pulang kampung, ya Rin? Buat minum sendiri. (makna sekarang)
CONTOH LAIN
Pendeta
Madrasah
Sarjana
Bau
Kata yang tergolog kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada awal pengguna-annya bisa dipakai untuk berbagai hal umum, tetapi penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu keadaan saja.
Contoh :
Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalma arti luas atau umum, sedangkan sekarang hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni. Begitu pula kata sarjana (dulu orang yang pandai, berilmu tinggi, sekarang bermakna “lulusan perguruan tinggi”).
b. Meluas/ Generalisasi
Adalah: cakupan makna kata sekarang
lebih luas daripada makna terdahulu.
Penggunaan kata ini berkebalikan dengan
pengertian menyempit.
Contoh:
1. Apakah Saudara tinggal di sini?
2. Bapak kepala sekolah sedang berada di kantor.
3. Ibu guru tidak masuk hari ini.
Contoh :
Petani dulu dipai untuk seseorang yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari mengerjakan sawah, tetapi sekarang kata tersebut dipakai untuk keadaan yang lebih luas. Penggunaan pengertian petani ikan, petani tambak, petani lele merupakan bukti bahwa kata petani meluas penggunaannya.
Contoh:
1. Apakah Saudara tinggal di sini?
2. Bapak kepala sekolah sedang berada di kantor.
3. Ibu guru tidak masuk hari ini.
Contoh :
Petani dulu dipai untuk seseorang yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari mengerjakan sawah, tetapi sekarang kata tersebut dipakai untuk keadaan yang lebih luas. Penggunaan pengertian petani ikan, petani tambak, petani lele merupakan bukti bahwa kata petani meluas penggunaannya.
c. Amelioratif
perubahan makna akibat tanggapan
pemakai bahasa menjurus ke arti yang baik.
Disebut juga konotasi positif.
Disebut juga konotasi positif.
Pada awalnya, kata ini memiliki makna
kurang baik, kurang positif, tidak menguntungkan, akan tetapi, pada akhirnya
mengandung pengertian makna yang baik, positif, dan menguntungkan
Contoh:
1. Gadis itu berbadan langsing.
2. Wanita bergaun hitam itu penampilannya memukau.
3. Suami isteri itu baru datang dari luar kota.
4. Ia membeli makanannya di kantin.
5. Rombongan pejabat itu disambut dengan meriah.
6. Para pengacau itu sudah diamankan.
7. Permisi, saya mau ke belakang.
8. Dalam perjanjian itu harus ada hitam di atas putih.
Contoh :
Wanita, pramunikmat, dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk lebih menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam kata-kata tersebut.
Contoh:
1. Gadis itu berbadan langsing.
2. Wanita bergaun hitam itu penampilannya memukau.
3. Suami isteri itu baru datang dari luar kota.
4. Ia membeli makanannya di kantin.
5. Rombongan pejabat itu disambut dengan meriah.
6. Para pengacau itu sudah diamankan.
7. Permisi, saya mau ke belakang.
8. Dalam perjanjian itu harus ada hitam di atas putih.
Contoh :
Wanita, pramunikmat, dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk lebih menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam kata-kata tersebut.
d. Peyoratif
Makna kata sekarang mengalami penurunan
nilai rasa kata daripada makna kata pada awal pemakaiannya.
Adalah: perubahan makna akibat
tanggapan pemakai bahasa menjurus ke arti yang tidak baik ( buruk ). Disebut
juga konotasi negatif.
Contoh:
1. Gadis itu berbadan ceking.
2. Perempuan berbaju hitam itu penampilannya menarik.
3. Ibu sedang bunting delapan bulan.
4. Laki bini itu baru datang dari luar kota.
5. Ia membeli makanan di warung.
6. Gerombolan pengacau itu sudah ditahan.
7. Permisi, saya mau buang air kecil.
8. Dalam perjanjian itu harus ada bukti tertulis.
Contoh :
Kawin, gerombolan, oknum, dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.
e. Asosiasi
Yang tegolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan makna-makna yang muncul karena persamaan sifat. Sering kita mendengar kalimat “hati-hati dengan tukang catut itu.”
Contoh:
1. Gadis itu berbadan ceking.
2. Perempuan berbaju hitam itu penampilannya menarik.
3. Ibu sedang bunting delapan bulan.
4. Laki bini itu baru datang dari luar kota.
5. Ia membeli makanan di warung.
6. Gerombolan pengacau itu sudah ditahan.
7. Permisi, saya mau buang air kecil.
8. Dalam perjanjian itu harus ada bukti tertulis.
Contoh :
Kawin, gerombolan, oknum, dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.
e. Asosiasi
Yang tegolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan makna-makna yang muncul karena persamaan sifat. Sering kita mendengar kalimat “hati-hati dengan tukang catut itu.”
Adalah: perubahan makna sebagai akibat
adanya persamaan sifat.
Contoh:
1. Mengapa di stasiun kereta api itu masih banyak tukang catut berkeliaran?
Catut adalah sejenis tang, alat pencabut paku, tetapi dalam kalimat di atas sama artinya dengan ‘calo’.
2. Dalam pemilihan umum itu, partai Likut berhasil memperoleh 175 kursi dari 200 kursi yang diperebutkan.
Kursi adalah tempat untuk duduk, tetapi dalam kalimat di atas kursi sama artinya dengan ‘suara’.
3. Pejabat korup itu memberi amplop demi meloloskan diri dari jerat hukum.
Tukang catut dalam kalimat diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif. Begitu pula dengan kata kacamata dalam : menurut kacamata saya, perbuatan anda tidak benar.
f. Sinestesia
Perubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera, misalnya dari indera pengecap ke indera penglihatan.
Contoh:
1. Mengapa di stasiun kereta api itu masih banyak tukang catut berkeliaran?
Catut adalah sejenis tang, alat pencabut paku, tetapi dalam kalimat di atas sama artinya dengan ‘calo’.
2. Dalam pemilihan umum itu, partai Likut berhasil memperoleh 175 kursi dari 200 kursi yang diperebutkan.
Kursi adalah tempat untuk duduk, tetapi dalam kalimat di atas kursi sama artinya dengan ‘suara’.
3. Pejabat korup itu memberi amplop demi meloloskan diri dari jerat hukum.
Tukang catut dalam kalimat diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif. Begitu pula dengan kata kacamata dalam : menurut kacamata saya, perbuatan anda tidak benar.
f. Sinestesia
Perubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera, misalnya dari indera pengecap ke indera penglihatan.
Adalah: pergeseran makna yang
disebabkan oleh penggunaan istilah yang sebenarnya dipakai untuk mengungkapkan
konsep suatu penginderaan, tetapi diterapkan pada penginderaan yang lain
(terjadi kontaminasi atau kerancuan)
1. Kata-katanya pedas.
Manis adalah hasil penginderaan rasa, tetapi digunakan untuk mengungkapkan konsep penginderaan pendengaran.
2. Senyumnya manis.
3. Baunya tajam
Tajam adalah hasil penginderaan peraba, tetapi digunakan untuk mengungkapkan konsep penginderaan penciuman.
Contoh:
Gadis itu berwajah manis. Kata manis mengandung makna enak, biasanya dirasakan oleh alat pengecap, berubah menjadi bagus, dirasakan oleh indera penglihatan. Demikian juga kata panas, kasar, sejuk, dan sebagainya.
1. Kata-katanya pedas.
Manis adalah hasil penginderaan rasa, tetapi digunakan untuk mengungkapkan konsep penginderaan pendengaran.
2. Senyumnya manis.
3. Baunya tajam
Tajam adalah hasil penginderaan peraba, tetapi digunakan untuk mengungkapkan konsep penginderaan penciuman.
Contoh:
Gadis itu berwajah manis. Kata manis mengandung makna enak, biasanya dirasakan oleh alat pengecap, berubah menjadi bagus, dirasakan oleh indera penglihatan. Demikian juga kata panas, kasar, sejuk, dan sebagainya.
Gejala bahasa atau peristiwa unsur bahasa
itu di antaranya ialah:
(1) Adaptasi = penyesuaian bentuk berdasarkan kaidah fonologis, kaidah ortografis, atau
(1) Adaptasi = penyesuaian bentuk berdasarkan kaidah fonologis, kaidah ortografis, atau
kaidah morfologis
Contoh :
Contoh :
·
vyaya menjadi biaya
·
pajeg
menjadi pajak
·
voorloper menjadi pelopor
·
fardhu
menjadi perlu
·
igreja
menjadi gereja
·
voorschot
menjadi persekot
·
coup
d'etat menjadi
kudeta
·
postcard
menjadi kartu
pos
·
certificate
of deposit menjadi
sertifikat deposito
·
mass
producIion
menjadi produkmassa
(2) Analogi = pembentukan kata
berdasarkan contoh yang telah ada.
Contoh :
Contoh :
·
Berdasarkan
kata 'dewa-dewi' dibentuk kata :
putra-putri, siswa-siswi, saudara-saudari, pramugara-pramugari
putra-putri, siswa-siswi, saudara-saudari, pramugara-pramugari
·
Berdasarkan
kata 'industrialisasi' dibentuk kata :
hutanisasi, Indonesianisasi
hutanisasi, Indonesianisasi
·
Berdasarkan
kata 'pramugari' dibentuk kata :
pramuniaga, pramuwisata, pramuria, pramusaji,pramusiwi
pramuniaga, pramuwisata, pramuria, pramusaji,pramusiwi
·
Berdasarkan
kata 'swadesi' dibentuk kata :
swadaya, swasembada, swakarya, swasta, swalayan
swadaya, swasembada, swakarya, swasta, swalayan
·
Berdasarkan
kata 'tuna netra' dibentuk kata :
tuna wicara, tuna rungu, tuna aksara, tuna wisma, tuna karya, tuna susila,
tuna wicara, tuna rungu, tuna aksara, tuna wisma, tuna karya, tuna susila,
tuna busana.
(3) Anaptiksis (Suara Bakti) = penyisipan vokal e pepet
untuk melancarkan ucapan
Disebut juga suara bakti.
Contoh:
·
sloka
menjadi seloka
·
srigala
menjadi serigala
·
negri
menjadi negeri
·
ksatria
menjadi kesatria
(4) Asimilasi = proses perubahan bentuk
kata karena dua fonem berbeda disamakan
atau dijadikan hampir sama.
Contoh:
Contoh:
·
in-moral
menjadi immoral
·
in-perfect
menjadi imperfek
·
al-salam
menjadi asalam
·
ad-similatio
menjadi asimilasi
·
in-relevan
menjadi irelevan
·
ad-similatio
menjadi asimilasi
(5) Disimilasi = kebalikan dari asimilasi,
yaitu perubahan bentuk katam yang terjadi
karena dua fonem yang sama
dijadikan berbeda.
Contoh :
·
saj
jana
menjadi sarjana
·
sayur-sayur menjadi sayur-mayur
(6) Diftongisasi = perubahan bentuk kata yang
terjadi karena monoftong diubah
menjadi
diftong.Jadi kebalikan monoftongisasi.
Contoh :
·
sentosa menjadi sentausa
·
cuke menjadi cukai
·
pande
menjadi
pandai
·
gawe menjadi gawai
(7) Monoftongisasi = perubahan benluk kata yang
terjadi karena perubahan diftong
(vokal
rangkap) menjadi monoftong (vokal tunggal)
Contoh :
·
autonomi menjadi otonomi
·
autobtografi menjadi otobiografi
·
satai
menjadi
sate
·
gulai
rnenjadi
gule
(8) Sandi (Persandian) = perubahan bentuk kata yang
terjadi karena peleburan dua
buah vokal yang berdampingan, dengan akibat
jutmlah suku kata berkurang satu.
Contoh :
· keratuan menjadi keraton
· kedatuan menjadi kedaton
· sajian menjadi sajen
· durian menjadi duren
Perhatikan jumlah suku kata!
ke - ra - tu - an ~> ke - ra - ton
1 2 3 4 1 2 3
du - ri- an ~> du - ren
1 2 3 1 2
(9) Hiperkorek = pembetulan bentuk kata yang sebenarnya sudah betul, sehingga
ke - ra - tu - an ~> ke - ra - ton
1 2 3 4 1 2 3
du - ri- an ~> du - ren
1 2 3 1 2
(9) Hiperkorek = pembetulan bentuk kata yang sebenarnya sudah betul, sehingga
hasilnya justru salah.
Contoh :
- Sabtu menjadi Saptu
- jadwal menjadi jadual
- manajemen menjadi menejemen
- asas menjadi azas
- surga menjadi sorga
- Teladan menjadi tauladan
- izin menjadi ijin
- Jumat menjadi Jum'at
- kualifikasi menjadi kwalifikasi
- frekuensi menjadi frekwensi
- kuantitas menjadi kwantitas
- November menjadi Nopember
- kuitansi menjadi kwitansi
- mengubah menjadi merubah
- februari menjadi Pebruari
- persen menjadi prosen
- pelaris menjadi penglaris
- system menjadi sistim
- teknik menjadi tehnik
- apotek menjadi apotik
- telepon menjadi telfon
- ijazah menjadi ijasah
- atlet menjadi atlit
- nasihat menjadi nasehat
- biaya menjadi beaya
- perusak menjadi pengrusak
- zaman menjadi jaman
- koordinasi menjadi kordinasi
(10) Kontaminasi = disebut juga kerancuan, yaitu
kekacauan dimana dua pengertian
yang
berbeda, atau perpaduan dua buah struktur yang seharusnya tidak dipadukan.
Contoh :
·
berulang-ulang
dan berkali-kali menjadi berulang-kali
·
saudara-saudara
dan saudara sekalian menjadi saudara-saudara sekalian
·
musnah
dan punah menjadi musnah
(11) Metatesis = pergeseran kedudukan fonem,
atau perubahan bentuk kata karena
dua fonem alau lebih dalam suatu
kata bergeser tempatnya.
Contoh :
·
rontal menjadi lontar
·
anteng menjadi tenang
·
usap
menjadi sapu
·
palsu menjadi sulap
·
keluk
menjadi
lekuk
(12) Protesis = perubahan fonem di depan
bentuk kata asal.
Contoh :
·
lang menjadi elang
·
mak menjadi emak
·
mas menjadi emas
·
undur menjadi mundur
·
stri menjadi istri
·
arta menjadi harta
·
alangan menjadi halangan
·
sa menjadi esa
·
atus menjadi ratus
·
eram menjadi peram
(13) Epentesis = perubahan bentuk kata yang
terjadi karma penyisipan fonem ke
dalam kata asal
Contoh :
·
baya
menjadi
bahaya
·
bhayamkara menjadi bhayangkara
·
gopala menjadi gembala
·
jur menjadi jemur
·
bahasa menjadi bahasa.
(14) Paragog = perubahan bentuk kata
karena penambahan fonem di bagian akhir kata
asal.
Contoh :
·
mama,
bapa
menjadi mamak dan bapak
·
pen menjadi pena
·
datu menjadi datuk
·
hulu bala menjadi hulubalang
·
boek menjadi buku
·
abad menjadi abadi
·
pati menjadi patih
·
bank menjadi bangku
·
gaja menjadi gajah
·
conto menjadi contoh.
(15) Aferesis = penghilangan fonem di awal
bentuk asal.
Contoh :
·
adhyaksa menjadi jaksa
·
empunya menjadi punya
·
sampuh menjadi ampuh
·
wujud menjadi ujud
·
bapak menjadi pak
·
ibu menjadi bu.
(16) Sinkop = penghilangan fonem di
tengah atau di dalam kata asal.
Contoh :
·
laghu menjadi lagu
·
vidyadhari menjadi bidadari
·
pelihara
menjadi
piara
·
mangkin menjadi makin
·
niyata menjadi nyata
·
utpatti menjadi upeti.
(17) Apokop = penghilangan fonem di akhir
bentuk kata asal.
Contoh :
·
sikut menjadi siku
·
riang menjadi ria
·
balik menjadi bali
·
anugraha menjadi anugerah
·
pelangit menjadi pelangi.
(18) Kontraksi = gejala pemendekan atau
penyingkatan suatu frase menjadi kata baru.
Contoh :
·
tidak
ada
menjadi tiada
·
kamu sekalian menjadi kalian
·
kelam
harian
menjadi kemarin
·
bagai
itu
menjadi
begitu
·
bagai
ini
menjadi begini.
Akronim, seperti balita, siskamling, rudal, ampera, pada dasarnya termasuk
Akronim, seperti balita, siskamling, rudal, ampera, pada dasarnya termasuk
gejala kontraksi.
(19) Nasalisasi = atau penyengauan, proses
penambahan bunyi sengau atau fonem
nasal, yaim /m/, /n/, /ng/, den /ny/.
Contoh :
·
me
baca
menjadi membaca
·
pe
duduk
menjadi penduduk
·
pe
garis
menjadi penggaris.
(20) Palatalisasi = penambahan fonem palatal
/y/ pada suatu kata ketika kata ini
dilafalkan.
Contoh :
pada
kata ia, dia. pria, panitia, ksatria, bersedia, yang masing-masing
dilafalkan
/iya/,
/priya/, /diya/. /panitiya/, dan /bersediya/. jadi palatalisasi muncul di
antara
vokal /i/ dan /a/ yang digunakan berdampingan.
(21) Labialisasi = penambahan fonem labial /w/
di antara vokal /u/ dan /a/ yang
berdampingan pads sebuah kata.
Contoh :
pada
kata uang, buang, ruang, juang, kualitas, dan lain-lain. Selain itu,
labialisasi
juga
muncul di antara vokal /u/ dan/e/. atau /u/ dan /i/ seperti pada kata
frekuensi dan kuitansi. Pada waktu kita
lafalkan
kata-kata itu, terasa sekali, bahwa di antara vokal-vokat tersebut timbul fonem
kata-kata itu, terasa sekali, bahwa di antara vokal-vokat tersebut timbul fonem
labial
/w/, misalnya uang kita lafalkan /uwang/,
(22) Onomatope = proses pembentukan kata
berdasarkan tiruan bunyi-bunyi.
Contoh :
·
hura-hura dari hore-hore.
·
aum (suara harimau)
·
meong
(suara
kucing)
·
embik (suara kambing)
·
desis (suara ular)
·
desah (suara napas)
·
ketuk (bunyi pintu atau meja
dipukul dengan jari atau palu)
(23) Haplologi = proses perubahan bentuk
kata yang berupa penghilangan satu suku
kata di
tengah-tengah kata.
Contoh :
·
samanantara
menjadi
sementara
·
mahardhika menjadi merdeka
·
budhidaya menjadi budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar